Jakarta –Jumlah kasus virus corona yang dikonfirmasi di dunia telah melampaui 4 juta, sementara jumlah mereka yang meninggal karena Covid-19 telah mendekati angka 280.000.


Sementara itu, angka-angka terbaru yang diumumkan di Turki pada hari Sabtu(9/5) adalah sebagai berikut: jumlah tes yang dilakukan adalah 1334.411, jumlah total kasus 137.115, jumlah total kematian 3.739, dan jumlah total pemulihan 84.485.

Jumlah kematian akibat virus corona di negara ini telah memasuki tren menurun sejak pekan lalu. Kesenjangan antara jumlah pemulihan dan jumlah kasus baru terus meningkat. Meskipun ada peningkatan dalam jumlah tes, jumlah diagnosis baru cenderung terus menurun. Turki menempati urutan kedelapan di dunia dalam jumlah kasus, tetapi jumlah kematiannya sama dengan negara-negara seperti Jerman dan Korea Selatan.

Menurut angka terbaru yang diberikan oleh Menteri Kesehatan Fahrettin Koca, tingkat pasien yang dirawat di rumah sakit di bawah 50%, dan unit perawatan intensif juga beroperasi di bawah kapasitas yang mereka miliki.

Apa alasan perkembangan positif ini di Turki dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia?

Pertama, perlu dicatat bahwa Turki tidak panik menghadapi pandemi berkat reformasi kesehatan yang telah berlangsung dalam satu dekade terakhir. Pemerintah telah membuka rumah sakit baru bahkan selama proses wabah, meningkatkan kapasitas tempat tidur, dan kapasitas perawatan intensif. Langkah ini juga didukung dengan mengubah sekolah menjadi pusat-pusat pembuatan masker dan mulai memproduksi peralatan pernapasan. Bahkan telah mengirim peralatan medis ke negara-negara yang membutuhkan, seperti AS, Italia, Inggris dan Spanyol.

Kedua, Turki adalah salah satu negara pertama yang cepat dan tanggap dalam menghadapi pandemi ini. Bahkan ketika belum ada kasus yang dikonfirmasi, langkah-langkah isolasi langsung diambil berkaca dari perkembangan yang terjadi di China, AS, dan Eropa. Pada 11 Maret, ketika kasus pertama terlihat, larangan keluar rumah langsung diberlakukan, pertama untuk mereka yang berusia 65 tahun ke atas dan kemudian untuk mereka yang berusia kurang dari 20 tahun.

Sekolah, tempat ibadah, restoran, dan kafe ditutup. Banyak pusat bisnis menerapkan sistem pekerjaan paruh waktu. Lockdown juga diterapkan oleh pemerintah pada akhir pekan secara teratur. Sementara itu, untuk membatasi pergerakan masyarakat dari wilayah episentrum ke wilayah lain, pemerintah memberlakukan kebijakan pembatasan perjalanan antarkota. Total ada 51 kota besar yang ditutup untuk akses keluar-masuk masyarakat. Hanya orang-orang yang mengantongi izin dari pemda yang diperbolehkan melewati perbatasan kota.

Pakar kesehatan mencatat beberapa unsur lain yang telah membantu keberhasilan Turki dalam perang melawan virus korona. Di antaranya populasi lansia yang merupakan kelompok risiko tertinggi. Populasi lansia di Turki jauh lebih kecil daripada di Eropa dan di bawah rata-rata dunia. Di sisi lain obat-obatan digunakan sedini mungkin dalam perawatan semua pasien, bahkan jika orang dites dengan hasil negatif coronavirus, mereka didiagnosis dengan tomografi dan tetap mendapat pengobatan.

Sementara itu, Turki telah mengambil langkah tracing dengan baik, yaitu melacak dengan siapa pasien telah melakukan kontak. Selain itu, meskipun tidak sepenuhnya terbukti, faktor lain yang disorot oleh para ahli adalah klaim bahwa vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG), vaksin wajib di Turki untuk mencegah TB, dianggap efektif dalam melindungi masyarakat dari virus corona.

Setelah menerapkan kebijakan social distancing dan physical distancing selama hampir dua bulan, Turki memasuki babak baru dalam penanganan Covid-19. Pusat perbelanjaan, tempat pangkas rambut, pabrik-pabrik industri berskala besar yang menghentikan produksinya, semuanya diizinkan beoperasi kembali pada Senin (11/5). Turki mengumumkan telah menyelesaikan fase pertama perjuangannya melawan virus corona dan sedang melangkah ke fase berikutnya.

Praktik-praktik Turki patut menjadi model bagi seluruh dunia, termasuk Indonesia, dalam dalam perang melawan virus corona, juga dalam menghadapi kemungkinan pandemi yang mungkin kita temui pada masa mendatang.

Ahmad Munji Ketua Tanfidziyah NU Turki, mahasiswa doktor Marmara University Istanbul

Sumber :https://news.detik.com/kolom/d-5014738/fase-pertama-turki-melawan-corona

Categories: ArtikelPost

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *