ISTANBUL – Rangkaian acara dalam Loka Karya PPI 2023 diisi dengan beberapa diskusi dan kajian. Salah satunya adalah Dialog para Ketua Organisasi Pelajar Asing di Turki yang diinisiasi oleh Departemen Jaringan dan Kerjasama. “Diskusi ini digelar untuk memperkuat kerja sama kita sebagi sesama organisasi pelajar asing di Turki,” tutur Muhammad Farrel, Kepala Departemen Jaringan dan Kerjasama yang juga bertindak sebagai moderator.
Sesi ini menghadirkan Wakil Presiden PaksTurk (perkumpulan mahasiswa Pakistan), Anas Awan, Koordinator MISA Istanbul (Mahasiswa Filiphina), Junwarif A. Limanay, dan Wakil Presiden MASAT, Akmal Syafiq, serta turut hadir juga ketua PPI Turki, Muhammad Fawwaz Syafiq Rizqullah. Moderator diskusi ini memberikan kesempatan bagi tamu yang hadir untuk memberi sambutan.
Persahabatan Indonesia dengan Pakistan, kata Anas Awan, sudah terekam dalam sejarah. Muhammad Ali Jinnah, pendiri Pakistan, mengirim 500-an tentara untuk membantu Indonesia Ketika agresi Belanda. Demikian juga Presiden Soekarno membantu negara kita saat konflik dengan India. “Kami terkagum dengan Indonesia yang setiap wilayahnya memiliki budaya masing-masing, tapi mereka saling memahami dan Bersatu. Itulah esensi Ukhuwah Islamiyah,” tutur Anas Awan. “Saya hari ini pakai batik, karena menghadiri acara Indonesia,” ucap Akmal Syafiq. “Ngobrol soal Indonesia adalah tentang keramahan orang-orangnya dan keteladanan toleransi nya dalam keberagaman,” ujar Junwarif.
Dalam forum itu, peserta diberi kesempatan untuk berdialog dengan pemateri. “Kami di Pakistan itu memiliki system edukasi yang diadopsi dari American system, maka generasi kita bisa melanglang buana ke seluruh dunia dengan kompetitif,” jawab Anas Awan Ketika ditanyai mengapa diapora Pakistan sangat baik. “Kita sebagai pelajar, harus bekerja sama dengan baik dan membangun dialog peradaban Bersama, saling memahami kultur dan belajar dari peradaban yang baik, tidak sekedar meng-copy paste nya,” tutup Anas.
“Indonesia tidak hanya negara tetangga tingga dari geografis maupun kemiripan budaya, melainkan juga dari berbagai hubungan negara, pendidikan, ekonomi, sosial, dan terus Bersama membangun jati diri bangsa Muslim di Asia Tenggara,” tutur Akmal Syafiq, ketua forum MASAT. Sejarah Panjang yang sudah melekat antara kita, lanjutnya, adalah energi untuk masa depan kita menjadi role model perdamaian di tengah multikultur. “Saya teringat BJ Habibie, presiden Indonesia, berkata: masa lalumu milikmu, masa laluku milikku, dan masa depan milik kita Bersama,” pungkas Akmal Syafiq.
“Kita datang di forum ini untuk berkolaborasi, membawa insight yang luas, dan menjalin persahabatan yang erat,” kata Junwarif. Semoga tidak sebatas temu yang official saja, lanjutnya, tapi terus membangun dialog dan bahkan seminar. “Kita perkuat koneksi untuk memikirkan kontribusi kita untuk sosial,” tegasnya.
“Sebagai sesama organisasi pelajar asing dalam diaspora akademik, bagaimana caranya menghasilkan lulusan terbaik dan berkontribusi besar di negeri asal?” Tanya Naura, Ketua PPI Ankara. “Put the love on our heart,” kata Akmal Syafiq. “Di mana bumi berpijak, di situ langit di junjung,” tutupnya dengan peribahasa. (Fadlan/red)
0 Comments