PPITurki.com – Ada yang berbeda dari upacara Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan ke-78 Republik Indonesia di KBRI Ankara tahun ini, Kamis, (17/08/23). Panitia mengangkat momen spesial Pamitan Pak Duta Besar, Lalu Muhammad Iqbal.

Panggung seni Pesta Rakyat dibangun dengan megah dan dimeriahkan dengan stand bazar berisi makanan khas Nusantara. Para peserta yang hadir dapat memanfaatkan voucher gratis sebesar 70 TL untuk menyantap hidangan bazar. Tidak hanya kupon undian, masyarakat juga mendapatkan kaos secara gratis. Selain itu, doorprize hadiah kupon juga menjadi daya tarik tersendiri. Di antaranya ada hadiah tiket pulang pergi ke tanah air, laptop, tablet, handphone, dan hadiah lainnya.

Berbagai pelajar dan warga Indonesia di berbagai wilayah di Turki turut hadir dalam Pesta Rakyat ini. Beberapa PPI Wilayah, gelin, serta pegawai KBRI Ankara bahkan menampilkan kreasi seni masterpiece nya masing-masing, semisal PPI Bursa dengan seni musik tradisionalnya, PPI Kutahya dengan seni tari mix Nusantaranya, serta PPI Ankara dengan drama musikalnya. “Karya seni tari tradisional ini memang sudah diperkenalkan luas kepada masyarakat Turki di Kutahya. Bahkan diapresiasi oleh Pimpinan Belediye serta rektor Universitas. Sehingga kedatangan kami ke Ankara pun menggunakan bis kampus dan disupiri oleh Hoca kampus,” tutur Riyani, salah seorang mahasiswi Turki. Selain itu, kreasi seni musik yang dibawakan oleh PPI Bursa juga menjadapat apresiasi sebagai karya seni terbaik oleh PPI Dunia dengan program masterpiece nya, Endonezya ile Bir Gun.

Pak Dubes Iqbal beserta istri, Bu Shinta, sangat asyik menyimak penampilan dari berbagai wilayah, sejak awal hingga akhir. Penampilan kreasi seni dari PPI Ankara yang mengangkan kisah perjalanan Pak Dubes Iqbal ditempatkan panitia di akhir rangkaian agar kemeriahan pentas sebelumnya ditutup indah dengan kejutan dari PPI Ankara. “Saya tidak bisa berkata-kata, speechless, melihat semua penampilan kreasi seni dari teman-teman mahasiswa dan gelin. Saya terharu dengan kerja keras kalian, hingga membuat kepergian ini sangat berat rasanya untuk kaki melangkah,” ungkap Pak Iqbal dengan air mata haru sambal memeluk bu Shinta di sampingnya. (Fadlan/red)


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *