Konya – (4/5/2024) Rak Buku PPI Konya sebagai salah satu komunitas Perhimpunan Pelajar Indonesia di Kota Konya melaksanakan kegiatan diskusi dan bedah buku di kantor İki Doğu İki Batı (IDIB). Tema yang diangkat dalam diskusi adalah isu palestina dengan membedah buku karya sejarawan bertanah kelahiran Israel, Ilan Pappe yang berjudul “The Ethnic Cleansing of Palestine”. Fahri Muhammad Fatih, seorang mahasiswa sarjana ekonomi semester akhir yang aktif mengikuti berbagai forum diskusi internasional tentang Palestina-Israel menjadi pemantik utama dalam diskusi ini.

Diskusi ini dilangsungkan sebab keresahan pelajar indonesia di Kota Konya terkait dengan pembantaian masyarakat Palestina oleh Zionis Israel yang semakin masif pada kurun waktu kurang lebih 200 hari terakhir ini. Dilansir dari media berita Anadolu Agency, korban akibat genosida ini telah mencapai angka 34.262 jiwa. 

Di dalam buku “The Ethnic Cleansing of Palestine” ini, Ilan Pappe membongkar berbagai siasat dan perlakuan keji Zionis Israel, khususnya pada masa Nakbah tahun 1948 yaitu periode awal pengusiran rakyat Palestina dari tanah mereka sendiri. Buku ini menjadi sangat menarik untuk dijadikan sebagai rujukan sebab penulis buku ini adalah seseorang yang dibesarkan dalam agama Yahudi. Ia lahir dan tinggal di ibu kota Israel; Tel Aviv. Tulisan-tulisannya tentang Palestina-Israel mengakibatkan dirinya dianggap sebagai pengkhianat negara dan diasingkan oleh pemerintah Israel. 

Salah satu tema yang dimuat dalam buku ini adalah sejarah pemikiran Zionis dalam pembentukan Negara Israel dan kronologi awal pengusiran rakyat Palestina. Ilan Pappe menceritakan dalam bukunya, orang-orang Yahudi berkumpul di sebuah bangunan Kota Tel Aviv yang disebut sebagai Red House pada tahun 1920-an. Disana ditemukan beberapa kelompok, termasuk juga di dalamnya yaitu sebelas anggota milisi bawah tanah Zionis yang disebut Hagana. Pada tahun 1948, kelompok ini mengadakan pertemuan darurat yang menghasilkan Rencana Dalet. 

“Tujuannya sederhana dan langsung pada sasaran: menerapkan skema intimidasi skala besar, membombardir dan mengepung desa-desa, membakar segala sesuatu yang tampak seperti rumah, menanam ranjau di mana pun orang Palestina bisa hidup, dan usir semua warga Palestina. Mereka bersungguh-sungguh. Tidak Ada orang Palestina yang tertinggal. Tidak ada…” (Ilan Pappe, “The Ethnic Cleansing of Palestine”)

Kemudian setelah Rencana Dalet ini dirumuskan, Ilan Pappe menjelaskan kondisi Palestina setelah pelaksanaan rencana tersebut di dalam bukunya. 

“Hanya dibutuhkan waktu enam bulan untuk menyelesaikan Rencana Dalet, rencana yang saya sebut Rencana D.E.E., Hancurkan-Usir-Pembasmian. Saat detik-detik terakhir terus menghitung mundur, angka-angka yang ada di score kotak tampak seperti khayalan: sebelas lingkungan perkotaan hancur total, 531 desa hancur dan 800.000 warga Palestina kini menjadi pengungsi.” (Ilan Pappe, “The Ethnic Cleansing of Palestine”)

Fatih, selaku pemantik diskusi juga menceritakan pertemuan antara seorang mahasiswa Indonesia dengan dosen di Universitas Ankara, Turki. Dosen tersebut menjelaskan bahwa wilayah Al-Quds yang termasuk di dalam wilayah Palestina selalu dalam kepemimpinan satu agama. Oleh karena itu, beliau berpendapat bahwa diperlukan isu agama dalam menyelesaikan konflik Israel-Palestina ini. “Sepertinya perlu untuk membawa kembali nama agama dalam isu Palestina,” ucapnya. Alasan utamanya adalah sebab masyarakat di seluruh dunia telah berkali-kali menarasikan kebebasan Palestina terutama pada Masjid Al-Aqsa dari penjajahan Zionis Israel dengan narasi kemanusian dari dulu hingga hari ini. Namun narasi ini dianggap tidak kunjung membawakan hasil. 

Isu Palestina harus terus menjadi prioritas bagi seluruh umat manusia saat ini. Seluruh elemen masyarakat harus mengambil peran dalam membantu rakyat Palestina yang sedang tertindas secara keji oleh Zionis Israel. Tidak dibenarkan untuk memilih sikap buta dan bisu terhadap pembantaian, pembunuhan, dan kekerasan yang dilakukan secara sengaja terhadap sesama manusia. Hak hidup adalah milik setiap manusia tanpa terkecuali. Dengan diskusi yang telah dilangsungkan ini, Komunitas Rak Buku PPI Konya telah melakukan satu langkah konkret untuk menumbuhkan kesadaran dan pemahaman pelajar Indonesia di Konya terhadap konflik Israel-Palestina melalui pendekatan literatur dan forum dialog. Salam Pembebasan Palestina!

Redaksi: Rak Buku PPI Konya

Categories: PPI Konya

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *