Panitia Mentari Dari Turki dan Dedikasi Untuk Negeri Menyambangi SDN 01 Sumpur Kudus, Kabupaten Sijunjung

Desa Sumpur Kudus, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat  –   Segenap panitia Mentari Dari Turki (MDT) bersama rekan kerjanya, Dedikasi Untuk Negeri (DUN) para mahasiswa KKN Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat secara masif melakukan kontribusi awalnya dengan kegiatan kelas belajar mengajar (KBM) di SDN 01 Sumpur Kudus, yakni kegiatan pengenalan profesi melalui kisah tokoh Muhammad Al-Fatih.

Kolaborasi para mahasiswa Indonesia yang menempa pendidikan di Turki dengan yang menempa pendidikan di Indonesia menjadikan kegiatan ini memiliki keunikan tersendiri untuk dapat bekerja sama dalam mengabdikan dirinya pada bangsa dan negara melalui bidang pendidikan. Bagaimana kegiatan ini dapat menyentuh sisi emosional yang paripurna lewat kesadaran anak-anak bangsa yang sedang mengenyam pendidikan nan jauh dari negeri asalnya, untuk dapat mempertahankan kompas rumahnya agar tetap berada pada tujuan membangun negerinya, serta anak-anak bangsa Indonesia dengan segala kegigihannya kuliah di salah satu wilayah tanah airnya, menjadi bagian dari lilin kehidupan bangsa untuk bersama saling menginspirasi, berbagi keceriaan, dan memberikan estafet kebaikan bagi adik-adik penerus generasi bangsa di sekolah tersebut.

Setelah usai gegap gempita oleh riangnya kegiatan belajar mengajar, kawan-kawan mahasiswa KKN, DUN dan MDT melanjutkan perjalanannya untuk menyambung silaturahmi dengan para warga di sana dan sempat berbincang santai dengan salah satu warga, Bu Ida. Ini merupakan kesempatan baik bagi kami untuk dapat berinteraksi langsung dengan warga dan menggali lebih dalam mengenai harta karun dari Desa Sumpur Kudus.

Hasil interaksi dengan beliau, ia menjelaskan bahwa berkebun bawang merah tunggal merupakan mata pencahariannya yang juga dalam artian merupakan mata pencaharian masyarakat di sana. Beliau menambahkan, waktu panen bawang merah ini hingga 2 bulan mendatang dengan waktu pembibitan selama 80 hari. Hasil dari panen ini selanjutnya akan dipasarkan ke warung-warung sekitar. Tak hanya itu, ternyata masyarakat desa ini juga bermata pencaharian berkebun pohon karet yang dikelola oleh pihak ke-2. Harga karet perkilonya mencapai 9 ribu dan hasil panennya bisa mencapai 50 kg, harga pasaran karet tertinggi pernah mencapai angka 15-20 ribu perkilo dengan pemasaran melalui pengepul.

Melihat potensi SDM dan SDA yang memukau di desa ini, kami pun bertanya padanya apakah mereka setuju jika desa ini dijadikan sebagai desa wisata? Secara eksplisit beliau mengangguk tanda sepakat dengan ajuan pertanyaan kami. Beliau berharap jika adanya para wisatawan dari luar mampu menaikkan UMKM desa.

Kamipun tertunduk khusyuk sambil turut memahami keadaan masyarakat setempat.

            Bu ida menambahkan salah satu hambatan mengenai persoalan tersebut adalah belum adanya plang penunjuk arah. Sebenarnya desa ini sudah memiliki wisata yang cukup indah, wisata bukit pendakian yang sayangnya dalam konfirmasi hambatan di atas, tidak adanya plang penunjuk arah menjadikan target pemasaran wisata ini cukup sulit untuk dilakukan. Sebagai informasi, wisata bukit pendakian ini hanya bertarif masuk lima ribu rupiah untuk pengendara motor dan dua ribu rupiah untuk pejalan kaki. Pengelola wisata seperti penjaga tiket dan pembersih lingkungan telah tersedia. Akses jalan menuju kesananya pun mudah, namun lagi-lagi, dengan permintaan masyarakat untuk dibuatkan plang penunjuk jalan agar semakin memudahkan para wisatawan menemukan harta karun yang lain di desa ini.

            Kamipun beranjak dari rumah satu ke rumah yang lain, bertemu dengan ibu-ibu desa setempat mendengarkan cerita, keluh kesah, serta saran yang mengundang senyum dan sedih melihat ketabahan, ketangguhan, dan kebahagiaan mereka menjalani kehidupan sehari-hari di desa mereka tercinta. Dalam perbincangan hangat kami, kami dapat menyimpulkan bahwa mata pencaharian desa ini adalah bertani sawah, berkebun karet, coklat, bawang merah, serta ada beberapa jenis berkebun lainnya. Hal ini membuktikan bahwa desa ini memiliki tanah yang subur untuk bercocok tanam dan memang lingkungan di sini sungguh amat asri.

            Hari pertama yang sungguh amat mengesankan bagi kami untuk dapat melewati hari pertama dengan rasa syukur dan bahagia yang amat mendalam. Sebab, sebagaimana yang kita ketahui, menjadi manusia yang bermanfaat adalah sebaik-baik manusia. Belajar bersama anak-anak SD di mana bukan hanya mereka yang mendapatkan pelajaran dari kami, tapi kamilah sebenarnya yang jauh lebih mendapatkan pelajaran lebih tentang kesemangatan mereka dalam meraih mimpi, tujuan-tujuan mulia mereka terhadap tanah air, dan cara untuk bagaimana membangun komunikasi yang baik antar pengajar dan pelajar untuk dapat membentuk karakter mereka kedepan.

            Kunjungan kami dengan masyarakat desa juga merupakan langkah awal kami sebagai pemuda untuk lebih melatih jiwa simpatik kami sebagai generasi pemimpin bangsa ini kelak, bagaimana kami mampu memahami dan mendengarkan segala cerita dan keluh kesah masyarakat tentang kegiatan keseharian mereka dan apa yang menjadi keresahan mereka terhadap dirinya yang kemudian kami tergerak bersama untuk menemukan jalan tengah dari pembicaraan dua solusi yang saling bertaut.

Potret Kecerian Para Siswa SDN 01 Sumpur Kudus Bersama Panitia MDT 2022

            Kegiatan hari pertama, kami tutup dengan rasa syukur dan bahagia. Semoga ini menjadi titik balik bagi kami sebagai generasi penerus bangsa, yakni calon generasi emas 2045 untuk bisa terus bergandeng tangan, fokus pada tujuan bersama dalam menghadapi setiap problematika yang ada, demi masa depan Indonesia yang lebih baik.

Kebahagiaan akan timbul dari komunikasi yang baik, rasa saling memiliki, dan berusaha menjadi manusia yang bermanfaat, bukan?

Penulis: Aisyah Nur Rafidah (Tim Redaksi Mentari Dari Turki)


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *