KONYA – Akhir pekan lalu (28-29 Oktober 2023), Departemen Akademik dan Kepelajaran (AKAPELA) PPI Turki sukses menyelenggarakan Model Indonesia Parliament 2.0 dengan menggandeng PPI Konya sebagai tuan rumah acara. Sebanyak 70-an diaspora pelajar Indonesia baik panitia maupun delegasi hadir dari berbagai wilayah di Turki. Dari penghujung barat Kirklareli sampai ujung timur Ağrı, semua berkumpul di kota Konya untuk memeriahkan salah satu event unggulan Departemen Akapela PPI Turki ini.

Tema yang diusung pada forum MIP tahun ini ialah Peran Diaspora Pelajar Indonesia Di Turki Dalam Menyongsong Indonesia Emas 2045. Kendati memang masih berjarak 22 tahun lagi dari sekarang, momentum Indonesia Emas memang perlu disiapkan guna mendorong lahirnya generasi emas Indonesia. Hafizhan selaku Wakil Ketua PPI Turki dalam sambutannya menyampaikan bahwa majelis ilmiah seperti ini memang terlihat sepi dibanding agenda festival-festival kebudayaan. Namun demikian kegiatan ini memiliki esensi dan substansi dalam melihat akar dan batang permasalahan yang ada di lingkungan diaspora pelajar Indonesia.

Sesi MIP dipadati dengan diskusi Pemberdayaan Mahasiswa dan Optimasi Akademik yang mengarah kepada Pengabdian Dalam Negeri kemudian ditutup dengan diskusi mengenai Intervensi Agen Terhadap Pendidikan di Turki. Tiap delegasi ditantang untuk mengkritisi isu dan permasalahan yang ada namun juga tak lupa menghadirkan langkah-langkah strategis sebagai solusi setelahnya. Di antara dasar permasalahan akademik yang diketengahkan ialah bagaimana kemampuan berbahasa Turki masih menjadi masalah umum dalam berkuliah. Hal ini didasari beberapa faktor diantaranya adalah struktur homonim, homogram, dan homograf yang ada dalam bahasa Turki. Selain itu minimnya motivasi dan lingkungan yang kurang suportif juga turut menjadi faktor permasalahan ini.

Di sisi lain, dalam diskusi mengenai pemberdayaan mahasiswa, PPI Turki sedang menikmati mewahnya bonus demografi dengan peningkatan signifikan diaspora pelajarnya di 5 tahun terakhir. Hal ini menjadi modal yang baik dalam menciptakan nation branding atau citra positif bangsa Indonesia di mata masyarakat Internasional. Apalagi dalam diplomasi publik diaspora pelajar banyak berkontribusi lewat kegiatan-kegiatan pertukaran budaya. Namun sayangnya kualitas diaspora pelajar kita terkhusus di ranah keilmuan belum berbanding lurus dengan kuantitasnya.

Di akhir acara Fawwaz Syafiq selaku Ketua PPI Turki menyampaikan bahwa PPI dalam sejarahnya penuh dengan ide-ide besar. Bung Hatta bersama PPI nya adalah keyakinan dan usaha penuh dalam menciptakan kemerdekaan Indonesia. B.J. Habibie dengan PPI nya adalah upaya percepatan pembangunan Indonesia. “Memang seperti itulah idealnya perhimpunan pelajar Indonesia. Hadirnya ialah sebagai wadah melahirkan ide dan gagasan besar. PPI Turki sudah bertumbuh besar, namun kita masih belum bisa melihat bagaimana potret lulusan Turki yang ideal. Sudah saatnya permasalahan-permasalahan yang ada segera kita tuntaskan agar dapat melangkah lebih jauh lagi kedepan.” Ungkap Syafiq dengan mantap.

Menutup artikel ini, penyelenggaraan MIP tahun ini nampaknya memang sangat berkesan. Melihat antusiasme diaspora pelajar yang datang dari wilayah-wilayah jauh adalah bukti bahwa kegiatan-kegiatan ilmiah pun tidak kalah mulia dibanding agenda-agenda olahraga dan kebudayaan. Para mahasiswa Indonesia yang hadir juga sangat menikmati momen berada di Konya yang memang terkenal sebagai rumah salah seorang ulama sufi Maulana Jalaluddin Rumi dan ibukota daulah seljuk di masa silam. Agaknya selama berlangsungnya acara banyak peserta yang ter-influence oleh pepatah Rumi yang disampaikan ketua PPI Konya di awal acara ‘Biz ayrılmak icin değil birleştirmek için geldik, datangnya kita bukan datang yang kemudian berpisah, namun datangnya kita ialah untuk bersatu. (Hilmy/red)

Categories: Uncategorized

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *